Sabtu, 29 Juni 2013

STUDI KASUS SEKSUALITAS



Kasus:
Sekitar dua tahun yang lalu, teman saya pernah menceritakan pengalamannnya yang aneh sekaligus menggelikan kepada saya. Ceritanya, hari itu ketika ia pulang sekolah melewati jalan biasa (jalan bisa yang ia tempuh memang merupakan jalan pintas dan lumayan sepi) bersama dua orang temannya dengan mendayung sepeda, di tengah jalan ia bertemu dengan seorang laki-laki yang mengendarai motor berjenis Honda Astrea. Laki-laki itu datang dari arah yang berlawanan. Dari jauh laki-laki ini tampak biasa saja. Namun, saat mendekat teman saya sangat terkejut ketika si laki-laki memamerkan alat kelaminnya. Seketika itu teman saya dan kawan-kawannya pun berteriak dan meninggalkan tempat tersebut.
Penjelasan:
Si laki-laki dalam kasus tersebut sangat mungkin mengidap abnormalitas seksual exhibitionism, dimana orang dengan gangguan ini memperoleh kepuasaan seksual dengan cara memamerkan organ genital atau alat kelaminnya kepada orang lain. Biasanya kepuasan seksual yang didapatkan berasal dari respon yang diberikan korban, dalam kasus ini teriakan teman saya dan kawan-kawannya merupakan pemicu kepuasaan atau kesenangan seksual si laki-laki.

STUDI KASUS GENDER



Kasus
Saya mempunyai seorang teman SMP yang bernama Maya. Maya merupakan anak perempuan satu-satunya dalam keluarga. Meskipun kami bersekolah di sekolah yang sama namun kami tidak terlalu dekat mengingat kelas kami juga memiliki jarak yang lumayan jauh. Semenjak masih duduk di bangku SMP, maya memang telah mulai terlihat tomboy (kelaki-lakian) dan menunjukkan sikap yang berlawanan dengan peran gender yang semestinya. Perilaku ini ditunjukkan dengan berjalan layaknya laki-laki serta dominan berteman dengan laki-laki. Ketika menginjak bangku SMA tingkah laku yang berlawanan dengan peran gendernya sebagai wanita semakin menjadi-jadi, Maya mulai berdandan selayaknya laki-laki dengan memakai pakaian laki-laki dan memiliki gaya rambut selayaknya laki-laki. Namun lebih parahnya Maya bahkan berpacaran dengan perempuan alias sejenis.
Penjelasan:
Maya menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan peran gendernya, yang semestinya ia adalah wanita namun dia bertingkah laku selayaknya laki-laki. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk biologis maupun lingkungan mengingat Maya juga merupakan anak perempuan satu-satunya sehingga dari kecil ia belajar dari lingkungan yang didominasi oleh kakak-kakak laki-lakinya sehingga ia pun terpengaruh. Berkaitan dengan orientasi seksual, Maya kemudian memilih jalan Homoseksual (lesby) yang merupakan bagian dari pilihannya sendiri dan tidak ada sangkut pautnya dengan identitas gender.

Sabtu, 08 Juni 2013

REVISI HASIL LAPORAN OBSERVASI



Kelompok 7
Anggota:    Permata Ismawarni Putri (12-030)
                   Zahrani (12-040)
                   Mia Audina (12-084)
                   Muhammad Anggy Fajar Purba (12-104)
                   Arif Mubarakallah (12-122)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1Identitas Sekolah
Nama Sekolah             : SMA Harapan 1 Medan
Alamat Sekolah           : Jalan Imam Bonjol No.35 Medan
Uang Sekolah              : 460.000/bulan + Mulok 35.000 = 495.000
Konsep e-learning       : offline/powerpoint
Digunakan sejak          : tahun 2010

2.2Uraian objektif observasi
Hari pelaksanaan                     : Kamis, 23 Mei 2013
Waktu dilakukan                     : 12.30-14.00 WIB
Lama observasi                       : satu jam 30 puluh menit
Pembagian tugas              : Semua anggota kelompok mengamati suasana saat proses belajar mengajar di kelas.
Narasumber                             : Khairil Anchar (Guru Bahasa Arab), Santi (Siswi), Anggy (siswi)

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 E-learning
Electronic learning kini semakin dikenal sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah pendidikan, baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Banyak orang menggunakan istilah yang berbeda-beda dengan e-learning, namun pada prinsipnya e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronika sebagai alat bantunya. E-learning memang merupakan suatu teknologi pembelajaran yang yang relatif baru di Indonesia. Untuk menyederhanakan istilah, maka electronic learning disingkat menjadi e-learning. Kata ini terdiri dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari ‘electronica’ dan ‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’.
Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika. Jadi dalam pelaksanaannya e-learning menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya. Disini saya beserta teman-teman saya telah  melakukan observasi langsung kesebuah sekolah dan kami meneliti pembelajaran siswa/i dimana sekolah tersebut telah menerepkan e-learning pada pembelajarannya.
2.2 Motivasi
          Motivasi merupakan kondisi internal yang mendorong dan mengarahkan perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan ertahan lama. Secara garis besar motivasi terbagi dua, yaitu motivasi primer berupa kebutuhan untuk ertahan hidup dan motif psikologis berupa kebutuhan yang dibutuhkan untuk kebahagian dan kesejahteraan hidup. Pembahasan ini akan lebih berfokus pada motivasi psikologis. Motivasi psikologis manusia terdiri dari: motivasi akan hal-hal baru, Need for Achievement (kebutuhan akan kesuksesan) dan motivasi afiliasi. Motivasi akan hal-hal baru merupakan suatu kebutuhan akan pengalaman-pengalaman baru. Need for Achievement merupakan motivasi untuk mendapatkan kesuksesan. Dan motivasi afiliasi merupakan kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain.
            Selain pembagian di atas, motivasi juga dapat dikelompokkan sebagai motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri. Dan motivasi ekstrinsik merupakan adalah motivasi untuk melakukan sesuatu demi mendapatkan sesuatu yang lain (dipengaruhi oleh insentif eksternal).
            Motivasi juga dapat dilihat dari berbagai perspektif yaitu, behavioral yang menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi siswa, humanistis yang menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka,  kognitif yang menekankan pada proses berpikir dimana pikiranlah yang akan memandu motivasi siswa (berkaitan dengan Need for achievement), dan sosial yang berkaitan dengan motivasi unttuk berhubungan (motivasi afiliasi).

2.3Orientasi belajar
Orientasi belajar sendiri maksudnya adalah cara yang ditempuh oleh guru dan siswa untuk mencapai suatu tujuan yang  sudah ditetapkan.
TCl atau Teacher Centered Learning adalah suatu sistem pembelajaran yang berpusat pada dosen atau pengajar, sehingga pengajarlah yang aktif dan mengendalikan sepenuhnya bahan ajar dan irama pembelajaran. Pada sistem pembelajaran ini, peserta didik hanya menerima informasi dari apa yang diberikan oleh guru atau dosen, maka peserta didik relatif bersikap pasif.
Sedangkan SCL atau Student Centered Learning adalah suatu sistem pembelajaran yang berpusat pada peserta didik atau mahasiswa, dimana mereka dituntut lebih aktif dan mandiri. Dengan metode yang memusatkan kegiatan pada peserta didik untuk selalu belajar mengajar, peran guru atau dosen dalam pembelajaran SCl bergeser dari semula menjadi seorang pengajar atau teacher menjadi mitra pembelajaran atau fasilitator.

2.4 Manajemen kelas
Manajemen kelas mengandung pengertian, yaitu proses pengelolaan kelas untuk menciptakan suasana dan kondisi kelas yang memungkinkan siswa dapat belajar secara efektif (Rachman, 1999:11). Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Terdapat 3 jenis gaya manajemen kelas yaitu gaya permisif yang merupakan pendekatan yang menekankan perlunya memaksimalkan kebebasan siswa, gaya otoritarian yang merupakan gaya yang restriktif dan punitive, serta gaya otoritarian yang merupakan gaya manajemen kelas yang lebih efektif dibandingkan permisif dan otoritarian dimana memberikan kebebasan pada siswa namun masih dikontrol atau diawasi oleh guru.
Adapun beberapa jenis formasi bangku kelas yaitu:
1.    Gaya klaster: gaya susunan kelas dimana sejumlah murid bekerja dalam kelompok kecil
2.    Gaya auditorium: gaya susunan kelas dimana semua murid duduk menghadap guru
3.    Gaya tatap muka: gaya susunan kelas dimana murid saling menghadap.
4.    Gaya off-set: gaya susunan kelas dimana murid duduk di bangku, tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain
5.    Gaya seminar: gaya susunan kelas dimana sejumlah murid duduk di susunan berbentuk lingkaran, atau persegi atau bentuk U

2.4Teori belajar
Teori belajar merupakan upaya untuk menggambarkan bagaimana orang belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran. Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati Ada tiga kategori utama mengenai teori belajar yaitu, yaitu: teori belajar behaviorisme,  teori belajar kognitivisme, dan  teori belajar konstruktivisme.  Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
            Selain tori belajar diatas,  ada juga teori belajar sosial. Teori belajar sosial merupakan teori belajar yang menekankan hubungan interaksi yang baik antara murid dan guru, murid dengan murid agar lancarnya kegiatan belajar mengajar.        

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Laporan  Hasil Observasi
Observasi dilakukan di kelas X-D  SMA Harapan – I medan. Pada saat observasi, guru yang mengajar yaitu Bapak Khairil Anchar dengan pelajaran Bahasa Arab. Adapun isi materi yang diajarkan beliau adalah mengenai “Isim”. Adapun hasil pengamatan yang diperoleh yaitu;

-          Berdasarkan pengamatan observer
1.      Konsep e-learning
SMA Harapan 1 Medan telah menggunakan konsep pembelajaran e-learning sejak tahun 2010. Model pembelajaran e-learning yang digunakan yaitu secara offline berupa pembelajaran dengan power point dengan menggunakan sebuah projector dengan merk EPSON.

2.      Motivasi
-          Motivasi siswa tergolong rendah, dikarenakan pada saat beliau mengajar banyak siswa yang tidak memperhatikan pelajaran, suasana sangat ribut, tidak kondusif, dan ada juga yang makan-makan dikelas serta bermain HP dan ada juga siswa yang bahakan tidak membawa bukunya serta mengeluh akan tugas yang diberikan oleh guru.
-          Need for achievement siswa tinggi, mereka berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru.
-          Motivasi afiliasi siswa tinggi, para siswa menunjukkan hal ini dari aksi menyontek ketika mengerjakan tugas yang diberikan guru
-          Motivasi ekstrinsik seperti pemberian reinforcement positif dapat meningkatkan motivasi instrinsik siswa, guru memaksa siswa mengerjakan tugas dengan mengajak siswa menonton film saat tugas mereka telah selesai

3.      Orientasi belajar
-          Menggunakan metode TCL (Teacher Centered Learning), pembelajran berpusat pada guru dimana gurulah yang memiliki pernanan yang dominan, guru yang mendiktekan pelajaran, memberi materi,  pertanyaan dan tugas serta evaluasi.

4.      Manajemen Kelas
A.    Fisik
-          Kelas menggunakan gaya penataan auditorium
-          Ruang kelas terkesan gelap karena pencahayaan kelas kurang
-          Suhu di kelas stabil
-          Kelas kotor
-          Papan tulis dan media pembelajaran lain dapat dijangkau oleh semua murid
-          Guru tidak bisa bergerak bebas ke belakang meja siswa yang paling belakang  karena  kepadatan di tempat lalu lalang tersebut serta tidak ada celah untuk itu

B.     Non Fisik
-          Guru kurang dapat memanage kelas sehingga siswa ribut di kelas dan siswa bebas berjalan-jalan di ruang kelas
-          Guru menggunakan gaya mengajar Otoritatif

5.      Teori belajar
Ada beberapa terori belajar yang digunakan, yaitu:
A.    Teori belajar behavioristik
-          Pemakaian teori ini terlihat ketika siswa diberikan tepuk tangan (praise) oleh guru dan teman-temannya ketika berhasil menjawab sebuah pertanyaan.
-          Guru menekankan imbalan dengan insentif stimuli positif sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insentif yang dipakai guru dikelas adalah tugas yang diselesaikan murid akan mendapat imbalan berupa memperbolehkan menonton film, sesuai permintaan yang mereka inginkan apabila selesai mengerjakan tugas.
-          Guru memberikan siswa nilai sebagai reward atas tugasnya

B.     Teori belajar Humanistik
-          Siswa diberikan kebebasan dalam menjawab pertanyaan pertanyaan yang diberikan guru

C.     Teori belajar Kognitif
-          Siswa menggunakan kognisi dalam mengerjakan tugas serta pertanyaan yang diberikan guru

D.    Teori belajar sosial
-          Hubungan baik antara siswa dan guru cukup untuk membuat proses belajar mengajar lebih nyaman dan menyenangkan

-       Berdasarkan keterangan narasumber

A.           Khairil Anchar (Guru Bahasa Arab) = Beliau sudah mengajar di SMA Harapan – I Medan sejak 1987. Beliau mengatakan bahwa lebih suka mengajar menggunakan slide jika jumlah les sedikit (1 les = 45 menit). Namun dia lebih suka menggunakan papan tulis jika jumlah les banyak.

B.            Santi (Siswi) = Santi adalah salah satu siswi yang sekarang duduk di kelas X-D. Dia mengaku masuk sekolah Harapan bukan karena paksaan orang tua, melainkan atas kemauannya sendiri. Mengenai e-learning, dia mengaku lebih suka menggunakan infocus daripada papan tulis, karena lebih mudah dimengerti dan terstruktur tulisannya. Juga tampilan pada slide menarik. Santi lebih termotivasi secara intrinstik pada pelajaran Biologi, Kimia, dan Fisika. Tetapi pada pelajaran Matematika, dia menggunakan motivasi ekstrinsik, itu dikarenakan guru Matematikanya killer, paparnya. Dia menambahkan, biasanya jika catatan tinggal, berisik, main HP, itu langsung disuruh keluar kelas.

C.            Anggy (Siswi) = Anggy, seorang siswi SMA Harapan – I Medan yang juga dikelas X-D juga ikut kami observasi. Siswi yang duduk di belakang pojok kelas ini mengaku bahwasanya dia lebih suka jika yang mengajar itu menggunakan Microsoft Power Point, “lebih mudah ngertinya sih” katanya. Dia juka memberitahukan, bahwa uang sekolahnya disitu berjumlah 460.000/bulan, ditambah uang mulok sebesar 35.000. Tidak banyak informasi yang kami dapat dari dia, mengingat dia juga orangnya pemalu.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Rangkuman hasil observasi
1. Kelompok :
Penggunaan konsep e-learning di SMA harapan 1 medan telah dilakukan sejak tahun 2010. Metode pembelajaran e-learning ini dapat memudahkan siswa dalam belajar karena lebih mudah dimengerti dan terstruktur tulisannya, Juga tampilan pada slide yang menarik sehingga tidak membosankan  dan memudahkan pula bagi guru dalam mengajar dimana guru tidak perlu lagi mendiktekan pelajaran. Konsep e-learning yang digunakan di sekolah tersebut merupakan e-learning dengan program offline berupa pembelajaran menggunakan power point melalui sebuah projector dengan merk EPSON. Motivasi siswa kelas X-D SMA harapan 1 medan tergolong rendah, dikarenakan banyak siswa yang tidak memperhatikan pelajaran dan cenderung ribut serta memakan makanan di kelas. Orientasi belajar menggunakan model TCL (teacher centered learning) dimana gurulah yang berperan dominan dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan gaya mengajar otoritatif pada saat pelajaran berlangsung guru kurang dapat memanage siswa dengan baik sehingga suasana kelas cenderung tidak kondusif. Suasana kelas juga terlihat kotor dan gelap. Gaya penataan ruangan yang digunakan yaitu gaya auditorium. Teori belajar yang digunakan berupa teori belajar behavioristik berupa pemberian reinforcement pisitif dimana guru memberi reward berupa nilai kepada siswa yang mengerjakan tugas dan praise berupa tepuk tangan ketika berhasil menjawab pertanyaan, humanistik dimana siswa diberi kebebasan dalam menjawab serta mengerjakan tugas dari guru, kognitif dimana siswa menggunakan kognisi dalam menyelesaikan tugas dan teori belajar sosial dimana pengaruh hubungan yang baik antar guru dan siswa membantu keefektifan prosen belajar mengajar.

2. Pribadi
Pada saat observasi dilakukan di SMA Harapan 1 Medan tepatnya di kelas X-D pada jam 12.30-14.00, mata pelajaran yang sedang diajarkan oleh bapak Khairil Anchar yaitu B. Arab. Sistem pembelajarannya menggunakan konsep e-learning program offline berupa pembelajaran melalui powerpoint. Pada saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung siswa tampak tidak begitu memperhatikan pelajaran sehingga dapat disimpulkan motivasi siswa tergolong rendah, siswa bahkan asyik mengobrol dan memakan-makanan di dalam kelas sehingga suasana kelas jadi ribut dan tidak kondusif. Orientasi belajar yang digunakan yaitu TCL dimana pembeljarannya berpusat pada guru, guru yang memberi materi, memberi pertanyaan dan evaluasi. Kelas saat itu menerapkan Gaya penataan ruagan auditorium dan gaya mengajar otoritatif. Teori belajar yang digunakan mencakup semua teori belajar termasuk behavioristik (beupa penggunaan reinforcement positif), Humanistik (kebebasan siswa dalam menjawab pertanyaan serta mengerjakan tugas dari guru), Kognitif (penekanan pada penggunaan kognisi siswa dalam mengerjakan tugasa) dan teori pembelajaran sosial (penekanan pada hubungan sosial antara siswa dan guru yang ikut mendukung proses belajar mengajar).

4.2       Testimoni:
1.      Zahrani (12-040)
Tugas observasi ke sekolah merupakan pengalaman baru bagi saya. Menurut saya ini merupakan salah satu satu model pembelajaran yang sangat efektif karena dapat dengan langsung melihat pengaplikasian materi atau teori-teori yang telah dipelajari di lapangan sehingga terkesan lebih nyata. Dalam tugas observasi kali ini kami telah bekerja sama dengan baik secara berkelompok dengan mengunjungi SMA harapan 1 medan serta telah melakukan tugas obsevasi mengenai konsep e-learning, motivasi, orientasi belajar, teori belajar serta manajemen kelas secara bersama-sama sehingga tidak ada kendala yang berarti. Meskipun ada sedikit kendala ketika menentukan kelas yang akan di observasi, namun akhirnya semuanya teratasi berkat pihak sekolah yang mau bekerjasama serta guru dan para siswa yang telah bersedia untuk diobservasi serta dapat berpartisipasi dengan baik.

2.      Permata Ismawarni Putri (12-030)
Seharusnya guru di ruangan lebih tegas kepada murid-muridnya, dimana guru harus berperan lebih aktif fan mengontrol murid karena belajar mengajar di dalam kelas menggunakan sistem TCL jadi guru harus berperan lebih maksimal. Ruangan kelas layak dijadikan tempat belajarkarena penerangan bagus dan ruangan bagus. Akan tetapi murid-murid tidak menjaga kebersihan kelas . ruangan sangat kotor dan bangku-bangku tidak tertata rapi. Anak-anak murid seharusnya lebih menjaga keadaan kelas.

3.      Mia Audina (12-084)
Dalam observasi kali ini terdapat perubahan rencana, yang seharusnya kami berada dikelas mata pelajaran TIK, jadi kami dipindahkan kekelas bahasa arab. Selama observasi dikelas juga tidak ada kendala yang terjadi. Semua murid dan guru menyambut kami dengan baik dan mereka juga tidak merasa terganggu sehingga aktifitas belajar tetap berjalan sesuai adanya. Setelah observasi selesai kami juga mewawancara seorang guru dan murid. Dengan wawancara tersebut juga kami lebih banyak mengetahui lagi mengenai pembelajaran dikelas maupun mengenai sekolah.

4.      Muhammad Anggy Fajar Purba (12-104) 
Menurut saya pada observasi dilakukan pada hari kamis 23-5-2013 pada sekolah SMA Harapan – I Medan lebih tepatnya di kelas X-D saya merasa segala perlengkapan dan fasilitas kelas sudah termasuk sangat mumpuni, seperti dengan adanya sebuah projector dengan merk EPSON, 2 buah lemari besar yang berisi Al-Qur’an dan perlengkapan belajar mengajar, 2 Air Conditioner, dst. Jadi pada saat kami sedang observasi kelas mereka, pada saat sedang pada pelajaran Bahasa Arab. Saya lihat guru sangat ramah terhadap siswa/i di kelas tersebut. Tetapi motivasi siswa/i nya menurut saya kurang tinggi, karena kami mendapati siswa/i yang bermain HP, makan-makan, serta ngobrol-ngobrol dengan temannya. Suasana kelas sungguh kacau dan tidak kondusif. Guru tidak terlalu ambil pusing dengan itu, jadi hanya diperingatkan saja jika ada yang kelewatan batas, itu seperti teori belajar Operant Conditioning yang termasuk kedalam Negative Reinforcement menurut saya. Saya melihat kelas menggunakan orientasi belajar TCL (Teacher Center Learning), dimana guru yang aktif disitu dengan memberi materi, tugas, dan mengoreksinya bersama siswa/i. Kemudian saya juga berpendapat, bahwa mereka menggunakan strategi belajar otoritatif dan formasi bangku gaya auditorium. Tetapi walaupun pada kelas saya lihat suasana tidak kondusif, tetapi saya rasa mereka kreatif, dan ramah. Karena saya melihat sebagian siswa/i membawa alat musik, dan ketika kami butuh menanyakan pertanyaan pada mereka, mereka pun tidak sungkan-sungkan untuk menjawabnya dengan nada yang ramah.
5.      Arif Mubarakallah (12-122)
Observasi yang kelompok kami lakukan sesuai dengan harapan walaupun ada sedikit kendala saat akan mencari kelas yang diobservasi dimana saat kami tiba ternyata para siswa sedang ISHOMA, tetapi secara keseluruhan berjalan lancar. Izin kelas pun berjalan baik, para siswa dan guru pun baik sekali dalam kerjasamanya dan saya pribadi sangat mengapresiasi kerja sama mereka.

Gambar